Luluk….
Ck pertanyaanmu ini loh…
Suka duka menikah muda.
Aku nggak tau apa yang ada dikepalaku saat aku memutuakan mau menikah. Aku buta terhadap apa yang ada didepan dan (mungkin) terbutakan oleh keinginan untuk “jadi orang dewasa”. Aku rasa Ulil juga merasakan hal yang sama.
I was 20 years 3 months old when i first met him. I was 22 years old 1 months old when we get married. He was not yet 27 years old when we get married.
Alasan pertama kami menikah adalah karena orang tuaku nggak suka kami pacaran lama-lama. Iyaaa emang belom 2 taun tapi itu udah rekor loh buat anak gadisnya ini 😀
Alasan kedua adalah karena Ulil udah kelar S2.
Sukanya menikah muda adalah.. Aku termasuk orang pertama yang menyebarkan undangan pernikahan di angkatanku, baik angkatan SD, SMP, SMA, sampai kuliah (!!) Jadi kesannya laku gituu hahaha..
Suka yang lainnya adalah karena aku masih muda udah punya anak segede Zua hehehe.. aku punya anak Zua diusia 23th 1bulan, kayaknya nggak terlalu banyak ya dilingkungan ini yang punya anak diusia segitu?..
Suka selanjutnya adalah bahwa kami masih catch up dengan banyak trend kekinian *tsaaaah jadi nggak terlalu sulit untuk menyesuaikan diri.
Oh iya, sejak jadi ibu, aku bisa dibilang hampir nggak punya kehidupan sosial 🙂 please, jangan kasihani aku karena kehidupan inilah yang aku pilih dan ini adalah the best life could give to me. Aku nggak keberatan kalau harus tidur subuh waktu anak-anak sakit, aku nggak keberatan gak tampil rapi karena jilbabku ditarik-tarik, aku nggak keberatan mencuci clodi, memasak mpasi, mendongengi, mengajari, memandikan, menyuapi, dan kegiatan lain yang nggak ada habisnya.
Kadang kepengen keluar rumah untuk ngobrol sama teman (yang sekarang jumlahnya juga nggak banyak) but then again… i have kids at home! Jadi hiburanku biasanya adalah menulis. Kalau aku punya saat langka bisa santai, aku akan pijet. Kalau Ulil main sama anak-anaknya di mall, aku akan ngopi sambil main HP.
Banyak yang menanyakan sama aku apakah aku nggak stress, well i am! Tapi bukan anak-anak sumbernya 🙂 they are my real happiness, jadi aku akan selalu bahagia cuma dengan mencium bau mereka. Nah inilah salah satu duka menikah muda.. rawan stress
Kenapa rawan stress? Karena buanyak hal! Macet, gtm, suami clubbing, istri boros, gak ada makanan, gak masak, anak sakit, anak rewel, cicilan CC, KPR.. welcome to the real world!! Dan sebagai orang yang menikah muda, kita “dipaksa” menghadapi ini lebih awal.. disaat temen-temen kita main, eh kita ribet sama anak.. ini sebuah kejadian nyata ya.. aku pernah ngerasa down banget, karena aku kan naik 31 kg ya waktu hamil Zua, dan udahlah busuk banget mukaku dan badanku.. aku ketemu sama temen sma-ku sama pacarnya dan mereka lagi fancy dinner sementara selama aku makan Zua nangis kalau ditaroh!!! Aku pake lap iler dibahu sambil gendong Zua dalam posisi sendawa, busuk banget lah 155cm 70kg sementara temenku langsing, wangi, dandan pake high heels 12cm………
Atau…
Gank wasap grup ngajakin kumpul.. aku bawa Zua, semua seneng siih soalnya ada ponakan… tapi…
Mereka mau lanjut karaoke jam 21.00.. aku ya pulang laaaaaah!
Belum lagi hubungan sama suami.. apalagi kalau suaminya seumuran ya! Ini aja Ulil lebih tua 5 tahun dari aku tapi kadang ngalah-ngalahin aku deh kolokannya.. pasti berantem dan gontok-gontokan.. kalo pinjem istilah mamaku nih, kalo gak ada yang mau ngalah, sehari bisa bercerai 3x *naudzubillahi mindzalik*
But then again…. i was blessed with this marriage.. karena pernikahan ini aku jadi manusia utuh